Arsip Blog

Rabu, 09 April 2014

Takut Kepada Allah

Takut Kepada Allah


        Takut kepada Allah Ta'ala adalah takut tidak mendapatkan ridho-Nya, sebab kalau Allah tidak Ridho kepada kita berarti murka-Nya lah yang kita dapat, konsekuensinya adalah berupa hukuman baik di dunia maupun di akhirat kelak.
    Tapi takut kepada Allah tidak seperti takut kepada binatang buas, bukannya kita menjauh dan menghindar, tetapi orang yang takut kepada Allah justru harus mendekati-Nya. Inilah yang disebut Muroqobah. Oleh karena itu walaupun seseorang sudah terlanjur berbuat dosa, maka segeralah mendekatkan diri kepada-Nya dengan cara bertaubat. Jika dosa itu menyangkut hubungan kita dengan Allah Ta'ala, maka langsung minta ampun kepada-Nya, tetapi jika ada hubungannya dengan sesama manusia, maka mohon maaf kepada yang bersangkutan dan mengembalikan haknya. Bahkan jika dosa itu mempunyai konsekuensi hukuman di dunia ini, orang yang takut kepada Allah Ta'ala malah akan meminta hukuman itu ditimpakan kepada dirinya agar terbebas dari hukuman di akhirat kelak.
      Sebagai contoh, pada masa Rasulullah ada seorang wanita yang berzina dan ia amat menyesalinya, dari perzinahan itu ia hamil dan sesudah taubat iapun datang kepada Rasulullah untuk minta dihukum, namun Rasulullah tidak menghukumnnya pada saat itu karena kehamilan yang harus dipelihara. Sesudah melahirkan dan menyusui anaknya, maka wanita itu dihukum sebagaimana hukuman untuk pezina yang menyebabkan kematiannya, saat Rasulullah menshalatkannya jenazahnya, Umar bin Khattab mempersoalkannya karena ia wanita pezina, Rasullullah kemudian menyatakan: "ia telah bertaubat, suatu taubat yang seandainya dibagi pada tujuh puluh orang penduduk madinah, niscaya masih cukup. Apakah ada orang yang lebih utama dari seorang yang telah menyerahkan dirinya kepada hukum Allah?" ( H.R. Muslim ).

Senin, 31 Maret 2014

Persiapan Diri Untuk Akhirat

Persiapan Diri Untuk Akhirat
#Oleh: Ghoziakram
            
             Mati merupakan sesuatu yang pasti terjadi pada setiap orang. Keyakinan kita menunjukkan bahwa mati bukanlah akhir dari segalanya, tapi mati justru awal dari kehidupan baru, yakni kehidupan akhirat yang enak dan tidaknya sangat tergantungnya pada keimanan dan amal shaleh seseorang dalam kehidupan di dunia ini. karena itu, orang yang bertaqwa akan selalu merpersiapkan dirinya dalam kehidupan di dunia ini untuk kebahagian kehidupan di akhirat kita tidak tahu. kapan dan di mana kita mati, tetapi kematian cepat atau lambat pasti datang tanpa kita ketahui kapan dan dimananya. oleh karena itu tidak ada alasan untuk menyia-nyiakan waktu. waktu yang telah berlalu tidak mungkin kembali. manakala seseorang sudah melakukan segala sesuatu sebagai bentuk persiapan untuk kehidupan sesudah kematian, maka orang seperti inilah yang disebut dengan orang yang cerdas, meskipun ia bukan sarjana. karena itu, Rasulullah bersabda: "Orang yang cerdas adalah orang yang menundukkan nafsunya dan beramal bagi kehidupan setelah mati". (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Hakim).